Saturday, 12 March 2011

MASJIDIL AQSA

AREA MESJID INI DAHULU adalah bagian perluasan pembangunan bukit oleh Raja Herodes Agung, yang dimulai pada tahun 20 SM. Herodes memerintahkan tukang batu untuk memotong permukaan batu di sisi timur dan selatan bukit, dan melapisinya. 

Sisa-sisa pembangunan tersebut saat ini masih dapat ditemukan di beberapa lokasi. Ketika Bait Kedua masih berdiri, situs tempat masjid saat ini berdiri disebut dengan nama SERAMBI SALOMO, dan pada tiap sisinya terdapat gudang kuil yang dinamakan CHANUYOT, yang memanjang sampai ke sisi selatan bukit. Konstruksi tiang-tiang kolom besar persegi di bagian utara masjid serta tembok-temboknya, baru-baru ini ditetapkan memiliki usia jauh lebih tua daripada yang diperkirakan sebelumnya oleh peneliti-peneliti terdahulu (berdasarkan tulisan para saksi mata dari masa itu), yaitu bahwa konstruksi tersebut berasal dari masa kekuasaan Romawi. Tembok-tembok tersebut dibangun kembali atau diperkuat tidak lama setelah penghancuran Yerusalem pada tahun 70 Masehi. Struktur bawah tanah bangunan ini berasal dari masa kembalinya orang Yahudi dari pembuangan Babilonia mereka, yaitu 2.300 tahun yang lalu. Situasi politik telah menyebabkan penggalian lebih lanjut di area tersebut tidak memungkinkan. Pada saat gempa bumi tahun 1930-an merusak masjid ini, penanggalan atas beberapa bagian yang terbuat dari kayu sempat dilakukan, yang menunjukkan kurun 900 SM. Kayu-kayu tersebut adalah cypress (sejenis cemara) dan akasia. Jenis yang disebut terakhir menurut Alkitab digunakan oleh Raja Salomo dalam konstruksi bangunan-bangunannya di bukit tersebut pada sekitar 900 SM. Bersama dengan Bait Suci, chanuyot yang ada ikut hancur oleh serangan Kaisar Romawi Titus (saat itu masih jenderal) pada tahun 70. Kaisar Justinianus membangun sebuah gereja Kristen di situs ini pada tahun 530-an, yang dipersembahkan bagi Perawan Maria dan dinamakan "Gereja Bunda Kita". Gereja ini belakangan dihancurkan oleh Kaisar Sassania Khosrau II pada awal abad ke-7, hingga tersisa sebagai reruntuhan.
Tidak diketahui secara tepat kapan Masjid Al-Aqsa pertama kali dibangun dan siapa yang memerintahkan pembangunannya, namun dapat dipastikan bahwa pembangunannya dilakukan di masa awal pemerintahan Umayyah di Palestina. Berdasarkan kesaksian Arculf, seorang biarawan Galia yang berziarah ke Palestina pada 679-82, sejarawan arsitektur Sir Archibal Creswell berpendapat bahwa Umar bin Khattab mungkin adalah orang yang pertama kali mendirikan bangunan persegi empat primitif berkapasitas 3.000 jamaah di suatu tempat di Al-Haram Asy-Syarif (Bukit Bait Suci). Bagaimanapun juga, Arculf mengunjungi Palestina di masa pemerintahan Muawiyah bin Abu Sufyan. Dengan demikian, adalah mungkin bahwa Muawiyah lah yang memerintahkan pembangunan dan bukan Umar. Pendapat terakhir ini didukung oleh tulisan dari ulama Yerusalem awal Al-Mutahhar bin Tahir Al-Maqdisi. Analisis atas panel dan balok kayu yang diambil dari bangunan ini selama renovasi di tahun 1930-an menunjukkan bahwa kayu-kayu tersebut adalah cedar Libanon dan cypress. Penanggalan radiokarbon menunjukkan berbagai macam usia, beberapa bahkan setua abad ke-9 SM, yang menunjukkan bahwa beberapa dari kayu tersebut sebelumnya telah digunakan pada bangunan-bangunan yang lebih tua.
Menurut beberapa ulama Islam, antara lain Mujiruddin Al-Ulaimi, Jalaluddin As-Suyuthi, dan Syamsuddin Al-Maqdisi, masjid ini dibangun kembali dan diperluas oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan pada 690 bersama dengan Kubah Batu. Guy le Strange mengklaim bahwa Abdul Malik menggunakan bahan-bahan dari Gereja Bunda Kita yang hancur untuk membangun masjid dan menunjukkan bukti bahwa kemungkinan substruktur di sudut tenggara masjid adalah sisa-sisa gereja tersebut. Dalam merencanakan proyek megahnya di Bukit Bait Suci, yang pada akhirnya akan mengubah keseluruhan kompleks itu menjadi Al-Haram Asy-Syarif ("tanah suci yang mulia"), Abdul Malik ingin mengubah bangunan primitif sebagaimana digambarkan oleh Arculf menjadi struktur yang lebih terlindung yang melingkupi kiblat, suatu faktor penting dalam skema lengkap rancangannya. Namun demikian, seluruh Al-Haram Asy-Syarif itu dimaksudkan untuk melambangkan masjid. Seberapa banyak perubahan yang ia lakukan pada aspek bangunan sebelumnya tidak diketahui, tetapi panjang bangunan baru ditunjukkan dengan adanya bekas jembatan yang mengarah ke istana Umayyah, yang terletak di sebelah selatan dari bagian barat kompleks. Jembatan kemungkinan dahulunya membentang dari jalan di luar tembok selatan Al-Haram Asy-Syarif, sebagai akses langsung menuju masjid. Adanya akses langsung dari istana ke masjid adalah sebuah ciri khas yang terkenal pada masa Umayyah, sebagaimana terdapat pada situs-situs awal lainnya. Abdul Malik menggeser poros tengah masjid sekitar 40 meter ke arah barat, sesuai dengan rencana lengkapnya atas Al-Haram Asy-Syarif. Poros bangunan sebelumnya yang berbentuk sebuah ceruk, saat ini masih dikenal dengan sebutan "Mihrab Umar". Karena memperhatikan benar posisi Kubah Batu, Abdul Malik meminta arsiteknya menyejajarkan Masjid Al-Aqsa yang baru dengan posisi batu Ash-Shakhrah, sehingga sumbu utama utara-selatan Bukit Bait Suci yang sebelumnya, yaitu garis yang melalui Kubah Silsilah dan Mihrab Umar, menjadi bergeser.
Creswell, yang merujuk pada Papyri Aphrodito, sebaliknya mengklaim bahwa Al-Walid bin Abdul Malik adalah yang membangun kembali Masjid Al-Aqsa selama periode enam bulan sampai satu tahun, dengan para pekerja dari Damaskus. Kebanyakan peneliti berpendapat bahwa rekonstruksi masjid dimulai oleh Abdul Malik, namun Al-Walid lah yang mengawasinya hingga selesai. Dalam tahun 713-714, serangkaian gempa bumi telah merusak Yerusalem dan menghancurkan bagian timur masjid, yang akhirnya dibangun kembali pada masa pemerintahan Al-Walid tersebut. Untuk membiayai rekonstruksi ini, Al-Walid memerintahkan emas dari Kubah Ash-Shakhrah dicetak sebagai sebagai uang logam untuk membeli bahan-bahan bangunan. Masjid Al-Aqsa yang dibangun Umayyah kemungkinan besar berukuran 112 x 39 meter.
Fasad dan serambi masjid ini dibangun dan diperluas oleh para penguasa Fatimiyah, Tentara Salib, Mamluk dan Ayyubiyah.
Pada tahun 746, Masjid Al-Aqsa rusak akibat gempa bumi, yaitu empat tahun sebelum Abul Abbas As-Saffah menggulingkan Ummayah dan mendirikan kekhalifahan Abbasiyah. Khalifah Abbasiyah yang kedua Abu Jafar Al-Mansur pada tahun 753 menyatakan niatnya untuk memperbaiki masjid itu. Ia memerintahkan agar lempengan emas dan perak yang menutupi gerbang masjid dilepaskan dan dicetak menjadi uang dinar dan dirham untuk membiayai kegiatan rekonstruksi, yang diselesaikan pada tahun 771. Gempa kedua yang terjadi di tahun 774 kemudian merusak sebagian besar perbaikan Al-Mansur itu, kecuali perbaikan pada bagian selatan masjid. Pada tahun 780, khalifah selanjutnya Muhammad Al-Mahdi membangunnya kembali, tapi ia mengurangi panjangnya serta memperbesar lebarnya. Renovasi Al-Mahdi adalah renovasi pertama yang diketahui memiliki catatan tertulis yang menjelaskan hal itu. Pada tahun 985, seorang ahli geografi Arab kelahiran Yerusalem bernama Al-Maqdisi mencatat bahwa masjid hasil renovasi memiliki "lima belas lengkungan dan lima belas gerbang".
Pada tahun 1033 terjadi lagi sebuah gempa bumi, yang sangat merusak masjid. Antara tahun 1034 dan 1036, khalifah Fatimiyah Ali Azh-Zhahir membangun kembali dan merenovasi masjid secara menyeluruh. Jumlah lengkungan secara drastis dikurangi dari lima belas menjadi tujuh. Azh-Zhahir membangun empat buah arkade untuk aula tengah dan lorong, yang saat ini berfungsi sebagai fondasi masjid. Aula tengah diperbesar dua kali lipat dari lebar lorong lainnya, dan memiliki ujung atap besar yang di atasnya dibangun sebuah kubah dari kayu.
Daerah Al-Haram (daerah yang suci) terdapat di sebelah timur dari kota ini; dan melalui bazar di (bagian kota) ini anda akan memasukkan Daerah tersebut melalui pintu gerbang (Dargah) yang besar dan indah... Setelah melewati gerbang ini, di sebelah kanan anda terdapat dua baris tiang-tiang besar (Riwaq), masing-masing memiliki sembilan dan dua puluh pilar-pilar marmer, yang bagian puncak dan dasarnya berupa pualam berwarna, dan persambungannya terbuat dari timah. Di atas pilar-pilar terdapat lengkungan-lengkungan, yang terbuat dari batu bata, tanpa pelapis plester atau semen, dan setiap lengkungan dibangun dengan tidak lebih dari lima atau enam blok batu. Pilar-pilar ini mengarah sampai ke dekat Maqsurah. Nasir Khusraw', deskripsi masjid di tahun 1047 Masehi (Safarnama, terjemahan Guy Le Strange) Yerusalem direbut oleh Tentara Salib pada tahun 1099, selama Perang Salib Pertama. Alih-alih menghancurkan masjid, yang mereka sebut "Bait Salomo", Tentara Salib menggunakannya sebagai istana kerajaan dan kandang kuda. Pada tahun 1119, tempat ini berubah menjadi markas para Ksatria Templar. Selama periode ini, mesjid mengalami beberapa perubahan struktural, termasuk perluasan serambi utara, penambahan apse, dan sebuah dinding pembatas. Sebuah kloster baru dan sebuah gereja juga dibangun di situs tersebut, bersama dengan beberapa struktur bangunan lainnya. Para Ksatria Templar membangun pavilyun berkubah di sisi barat dan timur bangunan. Pavilyun barat saat ini berfungsi sebagai masjid untuk kaum wanita dan pavilyun timur berfungsi sebagai Museum Islam.
Setelah Shalahuddin Al-Ayyubi berhasil memimpin Ayyubiyah merebut kembali Yerusalem melalui pengepungan pada tahun 1187, beberapa perbaikan dilakukan atas Masjid Al-Aqsa. Nuruddin Zengi yang menjadi sultan sebelum Shalahuddin, sebelumnya telah menugaskan pembangunan mimbar baru yang terbuat dari gading dan kayu pada tahun 1168-1169, namun mimbar itu baru selesai setelah ia wafat. Mimbar Nuruddin telah ditambahkan oleh Shalahuddin ke masjid pada bulan November 1187. Penguasa Ayyubiyah di Damaskus, Sultan Al-Muazzam, pada tahun 1218 membangun serambi utara masjid dengan tiga buah gerbang. Pada tahun 1345, penguasa Mamluk di bawah pemerintahan Al-Kamil Shaban menambahkan dua lengkungan dan dua gerbang pada bagian timur masjid.
Setelah Utsmaniyah merebut kekuasaan pada 1517, mereka tidak melakukan renovasi atau perbaikan besar atas masjid itu, namun mereka melakukan perbaikan pada Al-Haram Asy-Syarif (Bukit Bait Suci) secara keseluruhan. Hal ini termasuk antara lain pembangunan Air Mancur Qasim Pasha (1527), perbaikan kembali Kolam Raranj, serta pembangunan tiga kubah yang berdiri bebas. Kubah yang paling terkenal ialah Kubah Nabi, dibangun pada tahun 1538. Semua pembangunan adalah atas perintah para gubernur Utsmaniyah di Yerusalem dan bukan atas perintah para sultan. Walaupun demikian, para sultan melakukan penambahan pada menara-menara yang telah ada.
Kubah masjid pada tahun 1982, terbuat dari aluminium (dan tampak seperti perak). Kubah telah diganti lapisan timah sebagaimana aslinya pada tahun 1983.
Renovasi pertama pada abad ke-20 dilakukan pada tahun 1922, yaitu setelah Majelis Tinggi Islam Yerusalem di bawah pimpinan Amin Al-Husseini mempekerjakan Ahmet Kemalettin Bey, seorang arsitek berkebangsaan Turki, untuk merestorasi Masjid al-Aqsa dan monumen-monumen di sekitarnya. Dewan tersebut juga menugaskan arsitek-arsitek Inggris, ahli-ahli Mesir, dan para pejabat lokal untuk ikut berpartisipasi dan mengawasi perbaikan yang dilakukan pada tahun 1924–25 di bawah pengawasan Kemalettin. Renovasi meliputi penguatan fondasi kuno masjid Umayyah, perbaikan tiang-tiang kolom interior, penggantian balok-balok, pendirian perancah, perawatan lengkungan dan bagian dalam kubah, pendirian kembali dinding selatan, serta penggantian tiang kayu di ruangan tengah dengan tiang beton. Renovasi tersebut juga menampilkan kembali mosaik era Fatimiyah dan kaligrafi di lengkungan-lengkungan interior yang sebelumnya tertutupi oleh lapisan pelapis. Lengkungan-lengkungan dihiasi dengan gipsum berwarna hijau dan emas dan balok kayu landasannya digantikan dengan tembaga. Seperempat dari jendela kaca patri juga diperbaharui dengan hati-hati agar dapat melestarikan desain asli Abbasiyah dan Fatimiyahnya. Kerusakan hebat telah terjadi karena gempa b
umi tahun 1927 dan 1937, namun masjid itu diperbaiki kembali pada tahun 1938 dan 1942.
Masjid Al-Aqsa dilihat dari plaza Tembok Barat, 2005.
Pada tanggal 21 Agustus 1969, terjadi kebakaran di dalam Masjid Al-Aqsa, yang memusnahkan bangunan bagian tenggara masjid. Mimbar Salahuddin adalah termasuk di antara barang-barang yang rusak terbakar. Orang-orang Palestina awalnya menyalahkan otoritas Israel atas kebakaran tersebut, dan beberapa orang Israel menyalahkan Fatah dan menganggap bahwa mereka yang menyulut sendiri apinya, agar dapat menyalahkan Israel dan memancing permusuhan. Namun kemudian terbukti bahwa kebakaran itu bukan disebabkan oleh Fatah maupun Israel, melainkan oleh seorang turis Australia bernama Denis Michael Rohan. Rohan adalah anggota dari sekte evangelis Kristen Worldwide Church of God. Ia berharap bahwa dengan membakar Masjid Al-Aqsa, ia dapat mempercepat Kedatangan Kedua Yesus, dengan cara mempermudah dibangunnya kembali Bait Suci Yahudi di Bukit Bait Suci. Rohan dirawat di lembaga perawatan mental, didiagnosa mengala
mi gangguan kejiwaan, dan akhirnya dideportasi. Serangan terhadap Al-Aqsa disebut-sebut sebagai salah satu penyebab dibentuknya Organisasi Konferensi Islam pada tahun 1971, yang merupakan organisasi dari 57 negara yang banyak berpenduduk Islam.
Pada tahun 1980-an, Ben Shoshan dan Yehuda Etzion, keduanya anggota kelompok bawah tanah Gush Emunim, merencanakan untuk meledakkan Masjid Al-Aqsa dan Kubah Batu. Etzion berpendapat bahwa meledakkan dua bangunan tersebut akan menyebabkan kebangkitan spiritual Israel, dan menyelesaikan semua permasalahan orang Yahudi. Mereka juga berharap bahwa Bait Suci Ketiga di Yerusalem dapat didirikan di atas lokasi tersebut. Rencana mereka mengalami kegagalan karena lebih dahulu diketahui pihak kepolisian. Pada tanggal 15 Januari 1988, yaitu saat berlangsungnya Intifadah Pertama, pasukan Israel menembakkan peluru karet dan gas air mata kepada para demonstran di luar masjid, mengakibatkan 40 orang jemaah luka-luka. Pada tanggal 8 Oktober 1990, dalam suatu kerusuhan 22 orang warga Palestina terbunuh dan lebih dari 100 lainnya luka-luka karena tindakan keras Polisi Perbatasan Israel. Kerusuhan dipicu oleh pengum
uman dari Gerakan Setia Bait Suci, suatu kelompok Yahudi Ortodoks, yang menyatakan bahwa mereka akan meletakkan batu pertama untuk pembangunan Bait Suci Ketiga.

Arsitektur
Bangunan Masjid Al-Aqsa berbentuk persegi, dan luasnya beserta area di sekitarnya adalah 144.000 m2, sehingga dapat menampung sampai dengan 400.000 jamaah.[38] Panjang bangunan masjid adalah 272 kaki (83 m), dan lebarnya 184 kaki (56 m), dan dapat menampung sampai 5.000 jamaah.

Kubah
berwarna perak yang tersusun dari lapisan timah.Berbeda dengan Kubah Batu yang mencerminkan arsitektur Byzantium klasik, kubah Masjid Al-Aqsa menunjukkan ciri arsi
tektur Islam awal. Kubah yang asli dibangun oleh Abdul Malik bin Marwan, namun sekarang sudah tidak ada lagi sisanya. Bentuk kubah seperti yang ada saat ini awalnya dibangun oleh Ali Azh-Zhahir dan terbuat dari kayu yang disepuh dengan lapisan enamel timah. Pada tahun 1969, kubah dibangun kembali dengan menggunakan beton dan dilapisi dengan aluminium yang dianodisasi sebagai ganti dari bentuk aslinya yaitu lapisan enamel timah yang berusuk. Pada tahun 1983, aluminium yang menutupi bagian luar diganti lagi dengan timah untuk menyesuaikan dengan desain asli Azh-Zhahir. Kubah Al-Aqsa adalah salah satu dari sedikit masjid dengan kubah yang dibangun di depan mihrab selama periode Umayyah dan Abbasiyah, contoh lainnya adalah Masjid Umayyah di Damaskus (715) dan Masjid Besar Sousse (850). Interior kubah dicat menurut dekorasi era abad ke-14. Pada kabakaran tahun 1969, cat dekoratif itu rusak dan sempat dianggap sudah tidak dapat diperbaiki lagi. Namun dengan menggunakan teknik trateggio, yaitu sebuah metode yang menggunakan garis-garis vertikal halus untuk membedakan daerah yang direkonstruksi dengan daerah yang asli, akhirnya dapat diperbaiki kembali
Menara masjid
Masjid ini memiliki empat menara di sisi selatan, utara, dan barat. Menara pertama, dikenal sebagai Al-Fakhariyyah, dibangun pada tahun 1278 di bagian barat daya masjid atas perintah sultan Mamluk, Lajin. Menara ini dibangun dalam gaya tradisional Suriah, dengan landasan dan poros bangunan berbentuk persegi, serta dibagi menjadi tiga lantai dengan cetakan hias. Pada bagian atasnya terdapat dua deret muqarnas (ceruk hias) sebagai dekorasi untuk balkon muazzin. Ceruk hias ini dilingkupi oleh suatu bilik persegi, yang pada bagian atasnya terdapat kubah batu berlapis timah.

www. wikiepidia.com
Semoga MATERI ini Ber MAMFAAT  tapi singgah dulu dong walaupun bentar ke SELAYANG PANDANG

Friday, 11 March 2011

MENERANGKAN JAWABAN-JAWABAN ANGGOTA BADAN


Telah diriwayatkan, apabila Allah SWT. hendak mencabut ruh seorang hamba, maka datanglah malaikat Izrail kepada seorang hamba yang mukmin
  1. Dari bagian mulut tersebut untuk mencabut ruhnya. Maka keluarlah ucapan dari mulut tersebut, “Wahai Malikat Izrail, bukan jalanmu untuk mencabut ruh dari arah ini, karena mulut ini telah lama aku gunakan untuk mengigat asma Allah.” Lalu kembalilah Malaikat Izrail kepada Allak Ta’ala dan mengadukan hal tersebut. Lalu Allah SWT. berfirman: Cabutlah dari arah yang lain.” 
  2. Datanglah Malaikat Izrail dari arah tangan, maka keluarlah shadaqah dan berkatalah shadaqah tersebut: “Bukan jalanmu, wahai Izrail untuk mencabut dari arah ini, karena sesungguhnya dia telah sering aku gunakan bersedekah, mengusap kepala, anak yatim, menulis ilmu_ilmu agama dan memerangi orang_orang kafir.”
  3. Malikat Izrail ke bagian kaki hamba tersebut. Dan berkatalah kaki. “Bukan jalanmu dari arah ini karena sesungguhnya dia telah aku gunakan berjalan shalat jama’ah, shalt jum’at, shalat-shalat hari raya dan tempat-tempat pengajian ilmu.” 
  4. Lalu datanglah Malikat Izrail ke bagian telinga, dan berkatalah kedua telinnga itu: “Bukan jalanmu dari arah ini, karena sesungguhnya dia telah aku gunakan untuk mendengarkan bacaan Al Qur’an, adzan dan zikir.” 
  5. Lalu datanglah Malikat Izrail ke bagian mata. Dan berkatalah kedua mata tersebut: “Bukan jalanmu dari arah ini, karena sesungguhnya dia telah aku gunakan untuk membaca mushaf Al Qur’an, melihat para ulama’, kedua orang tua saya dan orang-orang yang shaleh.” 
  6. Maka kembalilah Malaikat Izrail kepada Allah Ta’ala, saraya berkata: “wahai Tuhanku, sesungguhnya hamba-MU berkata ini dan itu.” Allah SWT. berfirman: “Hai Malaikat Izrail gantungkan nama-KU hingga dia melihatnya agar ruh tersebut keluar.”
Maka Malaikat Izrail menulis asma Allah tersebut di atas telapak tangannya dan diperlihatkan kepada ruh hamba tersebut, maka keluarlah ruh tersebut lantaran melihat asma Allah Ta’ala. Dan hilanglah rasa sakit dan kepedihan sakaratul maut (nazak) hamba tersebut. Tidakkah hilang siksa yang berat (pedih) dari seorang hamba apabila tertanam di dada mereka asma Allah Ta’ala?
Maka bagaimana tidak akan hilang siksa dan kesulitan dari mereka?
Telah diriwayatkan dari satu hadist, bahwa lima perkara adalah racun yang mematikan, sedangkan lima yang lain sebagai penangkalnya:
  1. Dunia adalah racun yang mematikan, sedangkan zuhud adalah penangkalnya,
  2. Harta adalah racun yang mematikan, sedangkan zakat adalah penangkalnya,
  3. Berbicara adalah racun yang mematikan, sedangkan mengingat Allah SWT. (dziikrullah) adalah penangkalnya,
  4. Umur serta keseluruhannya adalah racun yang mematikan, sedang taat kepada Allah SWT. adalah penangkalnya,
  5. Tahun dan keseluruhannya adalah racun yang mematikan, sedang bulan Ramadhan dalah penangkalnya.
Diriwayatkan dalam suatu hadist, apabila telah sampai sakaratul maut seorang hamba, maka memanggil-manggil dari arah Allah SWT. yang Rahman: “Wahai ruh berhentilah sebentar saja, hungga dia merasakan istirahat. Ketika ruh sampai di dada, maka Allah SWT. berfirman, aja. “Berhentilah sebentar saja”. Hingga memohon pamitlah antara anggota badan yang satu dengan yang lainya; maka mohon pamitlah mata yang satu dengan mata yang lainnya, seraya berkata dalam perpisahan.
Demikian juga kedua telinga, kedua tangan, kedua kaki dan berpamitan pula ruh dengan jasad. Maka kita mohon perlindungan kepada Allah SWT. dari perpisahannya iman dan lisan dan berpisahnya ma’rifat dengan iman di dalam hati.
Waktu itu tinggallah tangan tanpa gerak, kedua kaki tanpa gerak, kedua mata tanpa penglihatan, kedua telinga tanpa pendengaran , dan badan tanpa ruh. Andaikata lisan tersebut tidak bariman dan hati tidak ma’rifat lalu bagaimana keadaan hamba tersebut? Di liang lahat yang tiada melihat seorangpun. Tidak seorang ibu, tidak seorang ayah, tidak seorang anak, tidak seorang saudara, tidak seorang teman, tidak satu kasurpun dan tidak pula selembar selimut, kalau toh hamba tersebut tidak melihat Allah Yang Maha Mulia sungguhlah ia dalam kerugian yang besar.
Telah berkata Al Iman Abu Hanifah: “ kebanyakan runtuhnya iman seseorang hamba adalah waktu sakaratul maut.” Mudah-mudahan Allah SWT. memelihara kita dan kamu semua dari runtuhnya iman.
DAQOOIQUL AKHBAR(diterjemahkan oleh Abdul Ghoni Asykur&Soib&Slamet Ilyas)


Semoga MATERI ini Ber MAMFAAT  tapi singgah dulu dong walaupun bentar ke SELAYANG PANDANG

PENCIPTAAN ADAM AS

Berdasarkan Ibnu Abbas ra., “Allah Ta’ala menciptakan jasad Adam as. Dari berbagai, dari berbagai penjuru dunia, kepalanya dari tanah Ka’bah, dadanya dari berbagai tanah di bumi kemudian punggungnya dan perutnya dari tanah India, kedua tangannya dari tanah Masyrik, kedua kakinya dari tanah maghrib.”
Pada hadist yang lain diriwayatkan, berkatalah Wahab Ibnu Munabbah, “Allah SWT. Telah menciptakan Adam as. Dari tujuh bumi ; maka kepalanya diciptakan dari bumi yang pertama, lehernya dari bumu yang kedua, dadanya dari bumi yang ketiga, kedua tangannya dari bumi yang keempat, punggung dan perutnya dari bumi yang kelima, pantat dan pupunya dari bumi yang keenam, dan kedua betisnya dari bumi yang ketujuh.”
Dan dalam hadist yang lain pula diriwayatkan bahwa Ibnu Abbas ra. Berkata. ”Allah Ta’ala telah menjadikan Adam dari tanah Baitul Muqaddas, wajahnya dari tanah syurga, kedua telinganya dari tanah ginung Thursina, keningnya dari tanah Iraq, gigi-giginya dari tanah Kautsar, tangan kanan beserta jari jemarinya dari tanah Ka’bah, tangan kiri beserta jari jemarinya dari tanah Parsi, kedua kaki beserta betisnya dari tanah India, tulang belulangnya daru tanah gunung, auratnya dari tanah Babilon, punggungnya dari tanah Iraq, perutnya dari tanah Khurasan, hatinya dari tanah Firdaus, Lidahnya dari tanah Thaif, kedua matanya dari tanah Telaga.” Karena dijadikan kepala itu dari tanah Baitul Muqaddas, maka jadilah ia tempatnya akal kepandaian dan tempat berbicara; karena dijadikan kedua telinga itu dari tanah Thursina, jadilah ia tempat mendengarnasehat dan fatwa; karena dijadikan kening itu dari tanah Iraq, maka jadilah ia tempat sujud kepada Allah Ta’ala; karena dijadikan wajah itu dari tanah syurga, maka jdilah dia tempat kebagusan dan perhiasan; karena dijadikan gigi-gigi tersebut dari tanah Kustam, maka jadilah ia tempat kenikmatan; karena dijadikan tangan kanan tersebut dari tanah Ka’bah, maka jadilah ia tempat barakah dan tempat pertolongan dalam kehidupan dan kedermawanan; karena dijadikan tangan kiri tersebut dari tanah Parsi, maka jadilah ia tempat bersuci dan beristinja; karena dijadikan aurat itu daru tanah Babil, maka jadilah dia tempat iri hati dan menipu; dank arena dijadikan tulang belulang tersebut dari tanah gunung, maka jadilah dia tempat kekerasan; karena dijadikan tanah tersebut dari tanah Firdaus, maka jadilah dia tempat iman; karena dijadikan lidah tersebut dari tanah Thaif, maka jadilah ia tempat syahadat, tawadhu’ dan do’a kepada Allah Ta’ala.
Dan Allah Ta’ala menjadikan dalam tubuh Adam tersebut sembilan pintu; tujuh pintu terletak di kepala, yaitu kedua mata kedua telinga, kedua hidung dan mulut. Kemudian dua pintu ditubuhnya lagi yaitu qubul dan dubur. Dan Allah menjadikan pula panca indra: penglihatan di mata, pendengaran di telinga, perasa di mulut, peraba di tangan dan pencium di hidung.
Ketika Allah Ta’ala hendak meniup ruh kedalam jasad Adam as., Allah SWT. Memerintah ruh agar masuk kedalamnya selama 200 tahun, lalu turunlah ruh pada kedua mata maka terlihatlah olehnya dirinya sendiri. Terlihat olehnya dalam bentuk lumpur yang kering. Ketika ruh tersebut sampai di kedua telinga terdengarlah olehnya tasbihnya kepada malaikat, kemudian turunlah ruh itu ke rongga hidung bersinlah dia. Ketika selesai dari bersin turunlah ruh itu k mulut, lidah dan kedua telinganya. Lalu Allah SWT. Mengajari Adam as. Untuk berkata ALHAMYARHAMUKA RABBUKA YA ADAM. Lalu turunlah ruh itu ke dadanya dan tergesah-gesahlah dia berdiri tetapi tidak mampu.i
Ketika ruh itu sampai ke perut Adam as. Maka ia bernafsu untuk makan, lalu menyebarkan ruh itu ke seluruh tubuhnya jadilah jasad itu daging, darah dan otot-otot yang merata dalam tubuh. Lalu Allah SWT. Mengenakannya pakaian dari kuku yang tiap hari pakaian tersebut bertambah baik dn indah. Ketika Adam as. Berbuat dosa, maka Allah Ta’ala mengaganti kuku tersebut dengan kulit dan tinggallah kuku-kuku tersebut di ujung jari-jari kita sebagai pengingat awal kajadiannya.
Lalu Allh SWT.menyempurnakankejadian Adam as. Dan meniup ruh kedalam jasadnya dan mengenakan pakaian untuknya dari pakain syurga, sedangkan Nur Muhammad saw. bersinar di wajahnya seperti bulan purnama. Kemudian diangkatlah Adam as. ke tempat tidur dan diangkatlah diatas pundak malaikat. Dan berfirman Allah SWT. Kepada mereka, “Berkelilinglah sekalian bersama Adam as. yang berada diatas tempat tidur itu, agar ia melihat keajaiban langit dan segala sesuatu yang ada di dalamnya.” Maka bertambalah keyakinan Adam itu, lalu para malaikat menjawab: “ Rabbana Sami’na Wa Atha’na” (Wahai Tuhan Kami, telah kudengar perintah-MU dan kuta’ati). Maka dibawahlah Adam as. itu berkeliling di beberapa langit selama seratus tahun, lalu Allah SWT. menjadikan kuda dari minyak kasturi putih yang semerbak baunya untuk Adam as. Kuda itu dinamakan MAIMUN; dia mempunyai dua sayap dari intan dan marjan.Maka naiklah adam as. sedangkan Malaikat Jibril memegangi kendali, Malaikat Mikail berada di sebelah kanannya, Malaikat Israfil berada di sebelah kirinya. Maka berkelilinglah semua Malaikat tadi kesegala penjuru tujuh langit itu. Kemudian Adam as. mengucapkan salam kepada Malaikat,dengan ucapan: ASSALAMU’ALAIKUM. Maka menjawablah malaikat dengan ucapan: WA’ALAIKUMSALAM. Lalu Allah Ta’ala berfirman, Wahai Adam inilah penghormatan bagimu dan bagi orang-orang yang mukmin dari anak cucumu yang tetap bagi mereka sampai hari kiamat.”

Semoga MATERI ini Ber MAMFAAT  tapi singgah dulu dong walaupun bentar ke SELAYANG PANDANG